Sejarah Masjid Raya KH. Hasyim Asyari Jakarta
Masjid Raya KH Hasyim Asyari yang berlokasi di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat ini adalah masjid yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 15 April 2017. Masjid megah dibangun di atas lahan seluas 2,4 hektar dengan luas bangunan sebesar 16.985,43 meter persegi memiliki daya tampung hingga 12.500 jemaah dengan arsitek Adhi Moersid Adhi dengan berbekal dana APBD DKI Jakarta sekitar Rp165 miliar.
Arsitektur bangunan sentuhan khas Betawi, yakni ornamen gigi balang sebagai fondasi bangunan serta lima menara yang melambangkan Rukun Islam. Pagar Langkan dan Rumah Bapang juga mewarnai bangunan masjid untuk memenuhi kekhasan karakter Betawi.
Masjid yang terletak di dekat rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Daan Mogot atau kerap disebut Rusun Pesakih ini dikelilingi ruang terbuka hijau, sehingga menghadirkan sirkulasi udara yang baik dan alami.
Masjid KH Hasyim Asy’ari merupakan masjid raya pertama di Jakarta. Ide pembangunan masjid raya muncul dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta pada 2012 lalu. Pada saat itu, Jokowi mengaku terkejut ketika mengetahui Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara bukan milik DKI, itu artinya selama ini Jakarta belum memiliki bangunan masjid raya.
Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 2,4 hektar dengan luas bangunan sekitar 16 ribu m² ini berlokasi tak jauh dari Jalan Raya Daan Mogot. Akses menuju Masjid raya pertama di Jakarta ini cukup mudah. Anda bisa menggunakan bus TransJakarta koridor tiga, rute Harmoni – Kalideres, dan turun di Halte Pesakih. Jarak antara Halte Pesakih dan Masjid Raya KH Hasyim Asyari tidak terlalu jauh, sekitar 100-200 meter. Sehingga masih memungkinkan untuk dicapai dengan berjalan kaki. Namun bagi yang berat berjalan kaki, Anda bisa menggunakan layanan bus pengumpan Transjakarta menuju rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Pesakih yang rutenya melewati Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari.
KH Hasyim Asyari Grand Mosque, located in Semanan, Kalideres, West Jakarta, is a mosque built by the DKI Provincial Government and inaugurated by President Joko Widodo on April 15, 2017. The magnificent mosque is built on an area of 2.4 hectares with a building area of 16,985 ,43 square meters has a capacity of up to 12,500 worshipers with architect Adhi Moersid Adhi armed with the DKI Jakarta APBD funds of around Rp. 165 billion.
The architecture of the building has a distinctive Betawi touch, namely the dental ornaments as the foundation of the building and the five towers that symbolize the Pillars of Islam. The ledge fence and the Bapang House also color the mosque building to fulfill the uniqueness of the Betawi character.
The mosque,which is located near a simple rental flat (Rusunawa) Daan Mogot or often called Rusun Pesakih, is surrounded by green open space, thus providing good and natural air circulation
KH Hasyim Asy’ari Mosque is the first major mosque in Jakarta. The idea to build a grand mosque came from President Joko Widodo (Jokowi) while still serving as governor of DKI Jakarta in 2012. At that time, Jokowi admitted that he was surprised to find out that the Istiqlal Mosque, which is the largest mosque in Southeast Asia, does not belong to DKI, which means that so far Jakarta has not had a major mosque building
The mosque, which was built on an area of 2.4 hectares with a building area of around 16,000 m², is located not far from Jalan Raya Daan Mogot. Access to the first Grand Mosque in Jakarta is quite easy. You can use the TransJakarta bus corridor three, the Harmoni – Kalideres route, and get off at the Pesakih Bus Stop. The distance between the Pesakih Bus Stop and the KH Hasyim Asyari Grand Mosque is not too far, about 100-200 meters. So it is still possible to reach it on foot. However, for those who find it difficult to walk, you can use the Transjakarta feeder bus service to the simple rental flats (Rusunawa) Pesakih whose route passes through the KH Hasyim Asy’ari Grand Mosque.