• Website Masjid Raya KH. Hasyim Asyari Jakarta - Jl. Rusunawa Pesakih No.14, RT.3/RW.14, Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11750
Kamis, 5 Desember 2024

Kisah Sejarah: Peringatan Tragedi Pertempuran Karbala pada 10 Muharram 61 Hijriyah

Kisah Sejarah: Peringatan Tragedi Pertempuran Karbala pada 10 Muharram 61 Hijriyah
Bagikan

DKM MRJ- Pada hari ini, umat Islam sedunia mengenang peristiwa tragis yang terjadi pada 10 Muharram 61 H di Karbala, Irak. Peristiwa yang dikenal sebagai Pertempuran Karbala adalah momen puncak dari konflik yang berawal atas perebutan kepemimpinan dalam umat Islam pada masa itu.

Kisah bermula ketika Imam Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW  enggan mengakui keabsahan pemerintahan Yazid. Pasalnya, naiknya Yazid ke tampuk kekuasaan menandai penurunan prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam. Sebab, dia diangkat sebagai penguasa berdasarkan keturunan dari ayahnya, bukan melalui pemilihan yang merupakan badan penasehat.

Pada waktu itu penduduk kuffah mengiri surat kepada  husein  dengan  isi  surat   “  Kami  sudah  mempersiapkan  diri kami  sebagai  pembela  terdepanmu!”. Husain  kemudian   memerintahkan sepupunya  Muslim  bin  Akil  bin  Abi  Thalib  untuk  mendamaikan  situasi  di Kufah.

Husain pun  menyurati Basra,  namun  utusan  itu  tertangkap  dan  surat itu diberikan kepada Ubaidullah bin Ziyad, salah seorang sahabat dekat dari Yazid.

Di Kufah, Ibn Akil, melihat dukungan yang luar biasa dari orang-orang Kufah,  meminta  Husain  untuk  datang.  Akhirnya,  ketika  Husain  mendapat kabar  dari  Ibn  Akil,. Setelah mendengar   kesaksian   Ibnu   Akil,   ia   segera   berangkat   ke   Kufah bersama   keluarga   dan   beberapa   pengikut   setianya.

Mendengar keberangkatan Husain Ke Kuffah, Gubernur Irak Ubaidillah bin Zubayr langsung   memerintahkan   pasukannya   sekitar   4000 pasukan berkuda dibawah pimpinan Umar ibn Sa’id.

Di bawah panas terik matahari gurun Karbala, kedua pasukan tersebut akhirnya bertemu.  Sekitar 72 orang dari kubu Husain menahan serangan demi serangan musuh.

Hingga pada akhirnya, mereka gugur satu per satu, termasuk Imam Husain sendiri yang terakhir kali meneguk tetes air terakhirnya dengan kematian paling tragis dimana musuh  memancung  lehernya  dan  terpisahlah  anatara  kepala  dan badan.

Pada hari ini, sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk tidak hanya merenungkan pengorbanan Imam Husain dan pengikutnya, tetapi juga untuk mengambil inspirasi dari keberanian mereka dalam mempertahankan nilai-nilai yang benar dan mulia. Semoga kisah ini tetap menjadi sumber inspirasi dan kekuatan dalam perjalanan spiritual dan sosial umat manusia di seluruh dunia.***

 

Sumber

Muharral, Siddiq., T Lembong Misbah. (2022). Literatur Review: PengkhianatanUbaidillah Dalam Kasus Pembunuhan Husein Di Karbala. Ceudah Journal: Education and Social Science. Vol. 1. No. 1; 37-50

SebelumnyaPengajian Dhuha: Ustadzah Qotrunnada Syathiry, Lc. MA. Sampaikan Keutamaan Menghadiri Majelis IlmuSesudahnyaHUT DKI Jakarta Ke- 497 dan Sambut Muharram, DKM Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari resmi Hadirkan Bazar UMKM
Tidak ada komentar

Tulis komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *