Pengajian Dhuha – Tanda Tanda Keshalihan Seseorang
Jakarta DKM MRJ – Pengajian Dhuha Di Masjid Raya KH. Hasyim Asy’ari Jakarta pada minggu pagi, 26 November 2023 diisi dengan mauidhotul hasanah oleh KH. Ahmad Assuyuti, S.Pd.I. Seperti biasa pengajian diawali dengan pembacaan maulid Nabi Muhammad ﷺ oleh tim Qosidah MRHA (Masjid Raya KH. Hasyim Asy’ari) dan dilanjutkan dengan tadarus Al Quran yang dipimpin oleh KH. Mulyadi.
Dalam pengajian Dhuha kali ini H. Ahmad Assuyuti S.Pd.I. menyampaikan tentang ciri ciri tanda kesholehan seseorang. bahwa ciri-ciri keshalihan seseorang adalah meninggalkan kesan baik di setiap yang ia datangi. Seperti itulah seorang yang shalih, dia akan selalu meninggalkan jejak-jejak kebaikan di setiap tempat yang ia datangi. Disetiap ruang yang ia ada/ hadir di dalamnya. Seorang yang shalih akan senantiasa menghidupkan kebaikan-kebaikan di dalam dirinya, yang kemudian ditularkan kepada orang-orang yang berada di dekatnya dan di lingkungannya. Dimanapun ia berada. Apakah di lingkungan sekolah, lingkungan perumahan, bahkan lingkungan politik atau parlemen. Kebaikan itu tidak berhenti di dalam dirinya sendiri, tetapi terus mengalir kepada orang lain. Kebaikan itu muncul bukan untuk memperoleh keuntungan duniawi, atau bahkan menginginkan balasan yang lebih banyak, sebagaimana firman Allah SWT. “ Janganlah engkau memberi ( dengan maksud ) memperoleh ( balasan ) yang lebih banyak “ ( QS 74 : 6 ).
Kebaikan-kebaikan itu dapat berupa sebuah nasehat, atau ilmu yang orang lain bisa mengambil manfaat dari ilmu itu. Orang yang shalih itu pun akan berusaha untuk terus memberikan pelayanan sosial, memberikan bantuan kepada orang lain, menjenguk orang lain yang sakit, mendo’akan mereka, membantu orang lain yang membutuhkan, meringankan beban orang yang tertimpa musibah atau bahkan sekedar mendengarkan keluhan orang lain merupakan suatu kebaikan. Menyingkirkan duri di jalan, agar tidak ada orang lain yang terkena duri, pun bagian dari kebaikan.
Ini juga adalah inti dari ukhuwah. Rasulullah SAW bersabda : “ Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhaliminya, dan tidak membiarkannya. Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa yang mengeluarkan seorang muslim dari kesusahan ( di dunia ) maka Allah mengeluarkannya dari kesusahan hari kiamat, barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat “ ( HR Bukhari, Muslim dan abu dawud ).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »
Artinya ; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no. 4246. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Dalam melihat ukuran kesalehan seseorang tidak hanya dilihat dari segi janggut nya yang lebat, banyak jama’ah nya, ceramah dimana-mana, bergulungkan serban, gamis putih, celana cingkrang, tasbih selalu ditangan, dan sebagainya.
Kita sehari-hari sering mendengar istilah saleh atau salehah. Pada setiap kelahiran anak, orang tua juga selalu berdoa agar anaknya menjadi anak yang saleh dan salehah. Jarang sekali orang tua yang tidak bercita-cita mempunyai anak saleh dan salehah.
Rasulullah juga bersabda, di antara keberuntungan manusia yang terus mendapatkan kiriman pahala, selain memiliki sedekah jariah dan ilmu yang bermanfaat, adalah orang tua yang memiliki anak yang saleh dan salehah yang selalu terus mendoakan kedua orang tuanya meskipun mereka sudah meninggal dunia.
Kesalehan di dalam Islam sama sekali tidak dapat ditakar hanya dengan bekas dan tanda lahiriyah semata. Sekiranya kesalehan hanya diukur dengan aneka penampilan fisik semacam itu, betapa banyak orang yang dapat disebut saleh dan salehah.
Itulah arti kesalehan. Makanya, tidak boleh sembarangan disematkan kepada setiap orang. Sekali lagi, istilah saleh atau salehah itu hanya milik orang yang beriman. Firman Allah, “Sungguh surga hanya diberikan kepada hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. Al-Anbiya 21:105).
Lebih lengkapnya pengertian dari Tanda Kesholehan Seseorang menurut KH. Ahmad Assuyuti, S.Pd.I, silahkan tonton video lengkapnya di Youtube Masjid Raya KH. Hasyim Asyari, Pengajian Dhuha 26 November 2023.